Pages

.:: Selamat Membaca semoga bermanfaat. Amin ::.

Semester ketiga si Covid-19

 
ENO_GANAS - Sejak meletusnya kasus pertama Virus Corona atau yang sudah lumrah disebut Covid-19 pada November 2019 lalu, kini sudah memasuki masa  semester ketiga lamanya. Wabah atau virus yang oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi ini membuat dunia benar-benar tergoncang oleh kehadirannya. Sebab, karenanya berbagai efek dirasakan baik oleh masyarakat biasa, pekerja, pengusaha dan tentunya pemerintah. 

Wabah ini berkembang begitu pesat, bahkan perkembangannya jauh lebih cepat daripada perkembangan/ pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ya, bagaimana tidak, Indonesia yang populasinya sangat tinggi ini belum didukung oleh SDM yang merata. Sehingga, hanya segelintir orang saja yang mampu bersaing dan dapat memposisikan dirinya di fase maju (sukses. red). 

Covid-19 ini datang bak angin topan yang semua orang tak dapat membendungnya. Semua sendi-sendi ekonomi lumpuh diterjangnya. Bahkan, yang awalnya semua orang  beraktivitas dengan penuh pacu seperti kuda yang beradu cepat, kini harus merangkak seperti bayi yang baru masuk fase setelah dimana dia telah mahir tengkurep dan kemudian  perlahan ia bangun dan mulai merangkak.

Tidak hanya ekonomi, Kegiatan Belajar Mengajar di kelaspun terkena dampak daripada Covid-19 yang menakutkan ini, dan yang lebih menyedihkan adalah kegiatan keagamaan yang biasanya dilakukan secara berjamaah (dilakukan secara bersama-sama) kini sementara harus dibatasi.

Disamping semua dampak yang disebutkan tadi, banyak isu yang berkembang dimasyarakat akibat wabah ini. Ya, berbagai asumsi muncul. Mungkin memang karena SDM yang tidak merata, akhirnya munculah perbedaan komentar dikalangan masyarakat. Mulai dari yang prihatin sampai yang miring, semuanya ada. 
 
Di era keterbukaan seperti sekarang ini, semua lapisan masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya melalui berbagai cara. Ada yang di uangkapkan dari mulut ke mulut, ada yang melalui meida sosial dan adapula yang diungkapkan melalui aksi nyata.

Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk menangani wabah/ virus ini, mulai dari pencgahan, penanganan penyembuhan dan upaya-upaya lainnya seperti memberikan bantuan sosial sebagai bentuk handling atas kebijakan yang ditetapkannya.

Disisi lain, sudah ratusan Tenaga Kesehatan (Nakes) yang gugur karena terjangkit virus ini. Bagaimana tidak, mereka adalah garda terdepan yang waktunya dihabiskan untuk bagaimana menangani masyarakat yang terjangkit agar segera pulih dari jeratan covid-19 ini. 
 
Anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak serta tidak mengadakan pertemuan yang menimbulkan kerumunan dan berbagai protokol kesehatan yang lainnya adalah semata untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Karena seperti yang kita ketahui bersama, mereka para nakes sudah kewalahan. Baik secara fisik maupun peralatan yang terbatas.

Namun, kesadaran masyarakat yang masih minim akan pentingnya menjaga hal tersebut membuat para nakes kelimpungan untuk menampung para korban yang terpapar daripada covid-19. Dimana Rumah Sakit yang penuh, Oksigen yang langka serta tenaga kesehatan yang terbatas.

Dan lucunya, masih banyak masyarakat yang usil dengan menyebarkan berita-berita bohong (hoax). Lebih-lebih yang ada hubungannya dengan pandemi ini. Mulai dari Corona adalah Global Conspiration-lah, tak sedikit bahwa corona itu tidak ada. Adapula yang menganggap wabah ini adalah bagian dari bisnis pemerintah.
 
Padahal, seharusnya mereka sudah semakin dewasa menyikapi masalah pandemi ini. Ya setidaknya membantu pemerintah  dalam upaya menekan angka penyebaran Covid-19 ini. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menjadi penyambung informasi dari pemerintah kepada masyarakat awam agar mereka mau menerapkan protokol kesehata yang telah ditetapkan.
 
bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar

Followers