Pages

.:: Selamat Membaca semoga bermanfaat. Amin ::.

Semester ketiga si Covid-19

 
ENO_GANAS - Sejak meletusnya kasus pertama Virus Corona atau yang sudah lumrah disebut Covid-19 pada November 2019 lalu, kini sudah memasuki masa  semester ketiga lamanya. Wabah atau virus yang oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi ini membuat dunia benar-benar tergoncang oleh kehadirannya. Sebab, karenanya berbagai efek dirasakan baik oleh masyarakat biasa, pekerja, pengusaha dan tentunya pemerintah. 

Wabah ini berkembang begitu pesat, bahkan perkembangannya jauh lebih cepat daripada perkembangan/ pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ya, bagaimana tidak, Indonesia yang populasinya sangat tinggi ini belum didukung oleh SDM yang merata. Sehingga, hanya segelintir orang saja yang mampu bersaing dan dapat memposisikan dirinya di fase maju (sukses. red). 

Covid-19 ini datang bak angin topan yang semua orang tak dapat membendungnya. Semua sendi-sendi ekonomi lumpuh diterjangnya. Bahkan, yang awalnya semua orang  beraktivitas dengan penuh pacu seperti kuda yang beradu cepat, kini harus merangkak seperti bayi yang baru masuk fase setelah dimana dia telah mahir tengkurep dan kemudian  perlahan ia bangun dan mulai merangkak.

Tidak hanya ekonomi, Kegiatan Belajar Mengajar di kelaspun terkena dampak daripada Covid-19 yang menakutkan ini, dan yang lebih menyedihkan adalah kegiatan keagamaan yang biasanya dilakukan secara berjamaah (dilakukan secara bersama-sama) kini sementara harus dibatasi.

Disamping semua dampak yang disebutkan tadi, banyak isu yang berkembang dimasyarakat akibat wabah ini. Ya, berbagai asumsi muncul. Mungkin memang karena SDM yang tidak merata, akhirnya munculah perbedaan komentar dikalangan masyarakat. Mulai dari yang prihatin sampai yang miring, semuanya ada. 
 
Di era keterbukaan seperti sekarang ini, semua lapisan masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya melalui berbagai cara. Ada yang di uangkapkan dari mulut ke mulut, ada yang melalui meida sosial dan adapula yang diungkapkan melalui aksi nyata.

Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk menangani wabah/ virus ini, mulai dari pencgahan, penanganan penyembuhan dan upaya-upaya lainnya seperti memberikan bantuan sosial sebagai bentuk handling atas kebijakan yang ditetapkannya.

Disisi lain, sudah ratusan Tenaga Kesehatan (Nakes) yang gugur karena terjangkit virus ini. Bagaimana tidak, mereka adalah garda terdepan yang waktunya dihabiskan untuk bagaimana menangani masyarakat yang terjangkit agar segera pulih dari jeratan covid-19 ini. 
 
Anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak serta tidak mengadakan pertemuan yang menimbulkan kerumunan dan berbagai protokol kesehatan yang lainnya adalah semata untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Karena seperti yang kita ketahui bersama, mereka para nakes sudah kewalahan. Baik secara fisik maupun peralatan yang terbatas.

Namun, kesadaran masyarakat yang masih minim akan pentingnya menjaga hal tersebut membuat para nakes kelimpungan untuk menampung para korban yang terpapar daripada covid-19. Dimana Rumah Sakit yang penuh, Oksigen yang langka serta tenaga kesehatan yang terbatas.

Dan lucunya, masih banyak masyarakat yang usil dengan menyebarkan berita-berita bohong (hoax). Lebih-lebih yang ada hubungannya dengan pandemi ini. Mulai dari Corona adalah Global Conspiration-lah, tak sedikit bahwa corona itu tidak ada. Adapula yang menganggap wabah ini adalah bagian dari bisnis pemerintah.
 
Padahal, seharusnya mereka sudah semakin dewasa menyikapi masalah pandemi ini. Ya setidaknya membantu pemerintah  dalam upaya menekan angka penyebaran Covid-19 ini. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menjadi penyambung informasi dari pemerintah kepada masyarakat awam agar mereka mau menerapkan protokol kesehata yang telah ditetapkan.
 
bersambung....

Puisi-puisi "Kasih” Syekh Jalaludin Rumi






1.      Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.
2.      Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu. Dan “ Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku.
3.      Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari yang menerangi bumi. Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di bumi, sebab bumi ini dan segala isinya tercipta sebagai perwujudan dari kasih-Nya.
4.      Jika kau ingin melihat wajah-Nya, maka tengoklah pada wajah sahabatmu tercinta.

5.      Sekian lama aku berteriak memanggil nama-Mu sambil terus-menerus mengetuk pintu rumah-Mu. Ketika pintu itu terbuka, aku pun terhenyak dan mulai menyadari sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari dalam rumahku sendiri.
6.      Demi Allah, ketika kau melihat Jatidirimu sebagai Yang Maha Indah, maka kau pun akan menyembah dirimu sendiri.
7.      Di mana saja kau berada, apa pun keadaanmu, cobalah selalu menjadi seorang pecinta yang senantiasa dimabuk oleh kasih-Nya. Sekali kau dikuasai oleh kasih-Nya, maka kau akan hidup menjadi seorang pecinta yang hidup bagaikan dalam pusara. Dan kau akan tetap hidup hingga hari kebangkitan itu tiba, lantas kau pun akan dibawa ke dalam surga dan hidup kekal selamanya. Namun, jika kau belum menjadi seorang pecinta, maka pada hari pembalasan seluruh pahalamu tidak akan dihitung.
8.      Pada Hari Kebangkitan, orang-orang akan berjalan sempoyongan. Di depan-Mu, mereka akan menggigil dengan wajah pucat karena ketakutan. Maka, aku akan memeluk kasih-Mu dan berkata kepada mereka: “Mintalah apa pun; mintalah atas namaku.”
9.      Ketika aku mati sebagai manusia, maka para malaikat akan datang dan mengajakku terbang ke langit tertinggi. Dan ketika aku mati sebagai malaikat, maka siapa yang akan mendatangiku? Kau tak akan pernah dapat membayangkannya!
10.  Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud kepada-Nya.
11.  Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kaulemparkan sembarangan seperti sebutir batu.
12.  “Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu ketika. Aku tertawa dan berkata: “Aku telah cukup bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu, seluruh dunia ini hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan terombang-ambing di samudera-Mu.”

13.  Yakinlah, di Jalan-Cinta itu: Tuhan akan selalu bersama-Mu.

14.  Tak ada pilihan lain bagi jiwa, selain untuk mengasihi. Namun, pertama kali jiwa harus merangkak dan merayap di antara kaki para pecinta. Hanya para pecinta yang dapat lepas dari perangkap dunia dan akhirat. Hanya hati yang dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi. Bunga mawar kemuliaan hanya dapat bersemi di dalam hati para pecinta.
15.  Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam dunia yang tak terlihat. Bentuk akan berubah, namun intisarinya tetaplah sama.
16.  Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi. Ketika patah hati, hakekatku justru tersingkap sendiri. Ketika aku diam dan tenang seperti bumi, tangisku bagaikan guntur yang menggigilkan surga di langit tertinggi.
17.  Hati manusia selalu terbuka dan dapat menerima segalanya: semua yang baik dan buruk menjadi bagian dari Sufi.
18.  Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan pikiranku. Ketika matahari terbit, maka semua bayang-bayang lenyap. Aku berlari mendahului bayang-bayang tubuhku yang lenyap saat aku berlari. Namun, cahaya matahari itu berlari mendahuluiku dan memburuku, hingga aku pun terjatuh dan bersujud pasrah ditelan samudera kilau-Nya yang mempesona.

19.  Aku ingin melihat wajah-Mu pada sebatang pohon, pada matahari pagi, dan pada langit yang tanpa warna.
20.  Karena Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya karena Cinta pula, maka ketiadaan nampak sebagai keberadaan.
21.  Badan ini hanyalah suatu cermin surga. Energinya membuat para malaikat cemburu. Kemurniannya membuat malaikat Seraphim terkejut. Dan Iblis yang berdiam di urat-urat syarafmu pun menggigil takut.
22.  Kau lebih mahal dibanding surga dan bumi. Apa yang bisa kukatakan lagi? Kau tak mengetahui bahwa selama ini segala yang berharga telah menjadi milikmu. Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, sesungguhnya dirimu sangatlah mahal di mata Tuhan.
23.  Cintaku pada-Nya adalah hakikat jiwaku. Hidupku adalah gelora yang selalu merindukan-Nya. Aku hidup seperti seorang gipsi pengembara, aku tak pernah menetap di tempat yang sama, namun setiap malam aku selalu bernyanyi dan menari ditemani bintang-bintang di bawah langit yang sama.
24.  Kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.
25.  Meski aku terbakar habis, namun aku tetap tertawa, karena abuku masih tetap hidup! Aku telah mati ribuan kali: namun abuku selalu menari dan lahir kembali dengan ribuan wajah baru.
26.  Di gurun pasir tanpa batas, aku kehilangan jiwaku, dan menemukan bunga mawar ini.

27.  Aku telah melihat wajah mulia Sang Raja. Dia adalah mata dan matahari surga. Dia adalah teman seperjalanan dan penyembuh semua mahluk. Dia adalah jiwa dan alam semesta yang melahirkan jiwa-jiwa. Dia menganugerahkan kebijaksanaan pada kebijaksanaan, kemurnian pada kemurnian. Dia adalah tikar sembahyang bagi jiwa orang-orang suci. Setiap atom di tubuhku berlompatan sambil menangis dan berkata: “Terpujilah Tuhan.”
28.  Apapun juga yang mereka katakan atau pikirkan, aku tetap ada di dalam Kau, karena aku adalah Kau. Tak seorang pun dapat memahami hal ini, sampai ia mampu melampaui pikirannya.
29.  Jika kau dapat bertemu dengan Jatidirimu meski hanya sekali, maka rahasia dari segala rahasia akan terbuka bagimu. Wajah dari Yang Maha Tersembunyi, yang ada di luar alam semesta ini, akan nampak pada cermin persepsimu.
30.  Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap. Setiap perkataan yang manis akan memudar. Namun, janganlah kau berputus asa, karena mereka semua datang dari sumber yang sama, dari Keabadian. Masukilah Keabadian itu, maka kau akan melihat segala sesuatu tumbuh dan berkembang, memberi hidup baru dan kegembiraan baru bagimu.
31.  Ayat-ayat Tuhan itu tersimpan di hati langit yang paling rahasia. Suatu hari, seperti hujan, ayat-ayat Tuhan itu akan jatuh dan menyebar, sehingga misteri Keilahian akan tumbuh menghijau di seluruh dunia.
32.  Jika kau berputar mengelilingi matahari, maka kau pun akan menjadi matahari. Jika kau berputar mengelilingi seorang Guru, maka kau pun akan bersatu dengan-Nya. Kau akan menjadi sebutir permata, jika kau menari mengelilingi-Ku. Dan kau akan berkelip seperti emas, jika kau menari mengelilingi-Nya.
33.  Kau hanya memerlukan aroma anggur, karena makrifat akan menyala dengan sendirinya dari kesunyian hatimu setelah mencium aroma anggur itu, seperti juga nyala api akan tersilap dan berkobar dari aroma anggur! Bayangkan jika kau adalah anggur itu sendiri.
34.  Sufi adalah seorang lelaki atau seorang perempuan yang telah patah hati terhadap dunia.
35.  Kekasih, beri aku kesempatan untuk selalu mengetahui bagaimana cara menyambut-Mu, dan sulutkanlah obor di tangan-Mu agar membakar habis rumah ke-ego-an di dalam diriku.
36.  Sembunyikan rahasia-Ku di dalam harta karun jiwamu. Sembunyikan perasaan ekstase itu di dalam dirimu. Jika kau menemukan Aku, maka sembunyikan Aku di dalam hatimu. Sadarilah kemabukan ini sebagai Kebenaran Mutlak!
37.  Ingatlah bahwa Nabi Muhammad pernah berkata: “Satu penglihatan tentang-Nya adalah suatu berkah yang tak terhingga.” Setiap daun dari suatu pohon membawa suatu firman dari dunia yang tak terlihat. Lihatlah, tiap-tiap daun yang jatuh ke tanah sebagai suatu berkah dari-Nya. Segala sesuatu di alam ini senantiasa menari dalam harmoni, bernyanyi tanpa lidah, dan mendengar tanpa telinga, ya, semua itu adalah berkah yang tak terhingga dari-Nya.
38.  Isi aku dengan anggur dari sunyi-Mu, biarkan anggur itu merendam pori-poriku, hingga Keindahan dari Yang Maha Agung akan terungkap bagiku. Inilah arti berkah bagiku!
39.  Jika kau mendefinisikan dan membatasi “Aku” dengan berbagai konsepmu, maka kau akan kelaparan dengan dirimu sendiri. Lalu “Aku” pun akan jatuh ke dalam suatu kotak yang terbuat dari kata-kata, dan kotak itu adalah peti mayatmu sendiri.
40.  Aku tidak tahu siapa sebenarnya “Aku”. Tetapi, ketika aku berjalan ke dalam diriku sendiri, maka aku pun terkejut: ternyata “Aku” adalah suara milik-Mu, gema yang terpantul dari “Dinding-Keilahian”.
41.  Jatidiri kita adalah Cahaya. Cinta-Ilahi adalah Matahari-Keagungan. Sinar-Nya adalah firman. Dan mahluk adalah bayang-bayang-Nya.
42.  Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan dirimu, maka Jatidirimu akan terungkap tanpa kata-kata.
43.  Ketika kami mati, jangan cari pusara kami di bumi. Tetapi, temukan di dalam hati para pecinta.
44.  Ketika pikiran dilampaui, maka keindahan cinta pun datang menghampiri, berjalan dengan anggun, serta membawa secangkir anggur di tangannya. Ketika cinta dilampaui, maka Yang Maha Esa pun datang menghampiri – Ia adalah Zat yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata dan hanya bisa disebut sebagai “Itu”.
45.  Setiap orang yang tinggal jauh dari sumber-Nya, dari Jatidirinya, maka ia akan selalu rindu untuk kembali ke masa ketika ia masih dipersatukan dengan-Nya.
46.  Surga dibuat dari asap hati yang terbakar habis. Dan orang yang diberkahi oleh Tuhan adalah orang yang hatinya telah terbakar habis.
47.  Awan-awan berada dalam keheningan meski penuh dengan berjuta kilat. Cinta akan memberi kelahiran baru bagi para filsuf berkepala batu. Jiwaku adalah ombak di dalam samudera kemuliaan-Mu. Dan di dalam keheningan: alam semesta beserta segala isinya tenggelam di dasar samudera kemuliaan-Mu.
48.  Manusia ibarat suatu pesanggrahan. Setiap pagi selalu saja ada tamu baru yang datang: kegembiraan, kesedihan, ataupun keburukan; lalu kesadaran sesaat datang sebagai suatu pengunjung yang tak diduga. Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua hanya membawa dukacita. Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua dengan kasar menyapu dan mengosongkan isi rumahmu. Perlakukan setiap tamu dengan hormat, sebab mereka semua mungkin adalah para utusan Tuhan yang akan mengisi rumahmu dengan beberapa kesenangan baru. Jika kau bertemu dengan pikiran yang gelap, atau kedengkian, atau beberapa prasangka yang memalukan, maka tertawalah bersama mereka dan undanglah mereka masuk ke dalam rumahmu. Berterimakasihlah untuk setiap tamu yang datang ke rumahmu, sebab mereka telah dikirim oleh-Nya sebagai pemandumu.
49.  Saat kau datang ke dunia ini, suatu tangga telah ditempatkan di depanmu, dan tangga itu akan mengantarmu kepada-Nya. Dari bumi ini, kau pun naik menjadi tumbuhan. Dari tumbuhan kau pun naik menjadi hewan. Setelah itu kau pun naik menjadi manusia – mahluk yang mewarisi pengetahuan melalui akal dan iman. Lihatlah, tubuhmu merupakan turunan dari debu, tetapi bagaimana bisa tubuhmu menjadi begitu sempurna? Lalu, mengapa kau takut dengan kematian? Ketika kau berhasil melampaui bentuk manusia ini, maka tak diragukan lagi kau akan menjadi malaikat dan membumbung melampaui lapisan-lapisan langit tertinggi. Tetapi, janganlah berhenti di sana, bahkan badan surgawimu itu akan tetap tumbuh menjadi tua, lampaui lagi surga itu dan melompatlah ke dalam “Samudera Kesadaran Yang Maha Luas”. Biarkan dirimu – yang bagaikan setetes air itu – menjelma menjadi seratus samudera. Tetapi, jangan berpikir bahwa hanya setetes air itulah yang telah menjelma menjadi samudera, sebab samudera juga telah menjelma menjadi setetes air.
50.  Sssttt! Diamlah! Dengarkan suara dalam dirimu. Ingatlah firman pertama-Nya: “Kita melampaui setiap kata.”








Biodata Singkat Jalaludin Rumi

Rumi – nama lengkapnya, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhri – lahir di Balkh (Afghanistan sekarang) pada tanggal 30 September 1207. Para Orientalis di Barat mengakui Rumi sebagai penyair yang terbesar dari semua penyair mistik yang pernah ada dalam peradaban Islam. Dan para sufi di Timur Tengah mengakui bahwa karya-karyanya dianggap sebagai Al-Qur’an kedua karena kedalaman maknanya. Jalaluddin Rumi adalah pendiri “Tarekat Mevlevi” di Turki. Sebelum Perang Dunia II, pengikut Tarekat Mevlevi berjumlah 100.000 yang tersebar di seluruh Balkan, Afrika, dan Asia. Tidak ada penyair di dalam sejarah – tidak juga Shakespeare Atau Dante – yang secara nyata mempunyai dampak pada peradaban seperti yang dilakukan oleh Rumi. Dan tak ada puisi yang mampu membangkitkan ekstase mistik dan kebahagiaan kepada pembacanya seperti puisi-puisi yang ditulis oleh Rumi.


Rumi adalah satu pribadi di antara sedikit pribadi di bumi yang memiliki kesadaran universal – selain Ramakrishna, Aurobindo, dan Kabir – yang dihasilkan oleh agama, dan telah mewarnai kehidupan serta peradaban manusia dengan kemuliaan cinta. Maka, pada saat ini, ketika kita membutuhkan suatu inspirasi untuk mencintai dunia yang tengah terancam kehancuran, ketika kita sudah melupakan identitas Keilahian, kebahagiaan, serta tanggung jawab kemanusiaan kita, Rumi hadir sebagai seorang pemandu dan seorang saksi atas kemuliaan Tuhan serta keagungan jiwa manusia. Rumi hadir membawa esensi agama yaitu cinta yang universal. Bagi Rumi, cinta melebihi semua dogma agama, cinta hadir untuk memeluk keseluruhan ciptaan, cinta adalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia dalam cahaya Keilahian.

Bukti Cinta Kepada Rakyat

 Suatu Malam Khalifah Umar bin Khattab ra. keluar rumah untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia disertai seorang pembantunya. Mereka bedua berjalan di lorong-lorong kota Madinah. Doa kejauhan Umar melihat nyala api.
            “Aku melihat ada yang kedinginan. Ayo kita kesana!” kata Umar pada pembantunya.
            Umar dan pembantunya bergegas menuju ke tempat api itu menyala.  Umar dan pembantunya mendekat. Mereka menemukan seorang wanita dan anak-anak yang masih kecil. Anak 0anak itu sedang duduk mengitari periuk besar di atas api. Anak-anak itu mengeluh kelaparan.
            “Aku lapar Ummi, aku ingin makan Ummi...sudah dua hari aku belum makan dan udaranya digin sekali. Perutku perih” kata seorang anak.
            “Kau dan adik-adikmu tunggulah sebentar sampai makanannya masak!” jawab sang ibu menenangkan.
            “Lami sudah menunggu sejak sore tadi, kenapa belum masak-masak juga, Ummi ? Sampai kapan kami harus menuggu, Ummi ? Sahut anak yang satunya.
            Ibunya diam saja. Saat itu Umar mendekat dan mengucapkan salam, “Assalamualaikum!”
            “Waalaikumussalam,” jawab sang ibu.
            “Apakah aku boleh mendekat ?” tanya Umar.
            “Mendekatlah jika kamu membawa kebaikan. Jika tidak, pergilah!”
            “Apa yang sedang terjadi disini?”
            “Kami sudah dua hari tidak makan. Kami kedinginan dan kelaparan!”
            Umar lalu mengamati anak-anak yang menangis di sekeliling periuk. Umar bertanya.
            “Kenapa mereka menangis?”
            “Kelaparan dan kedinginan.:
            “Lalu apa yang ada dalam periuk ?”
            “Air. Agar mereka diam dan tertidurr.”
            “Apakah kau tidak memberi tahu pada Khalifah Umar?”
            “Seharusnya dialah yang harus tahu keberadaan kami. Dia punya kuda juga ribuan pegawai dan tentara. Dia seharusnya tidak boleh tidur nyenyak dirumahnya sementara ada rakyatnya seperti kami yang kelaparan dan kedinginan.”
            Mendenganr perkataan wanita itu, hati Umar sangat pedih. Wanita itu tidak tahu sama sekali kalau yang ada di hadapannya adalah Khalifah Umar. Dengan cepat Umar langsung pergi mengajak pembantunya ke gudang penyimpanan gandung. Umar mengambil satu karung gandung.
            Umar berkata, “Ayo naikkan kepundakku!”
            Si pembantu mencegah dan berkata, “Jangan Khalifah, biarlah saya saja yang memanggulnya!”
            Mendengar perkataan pembantunya itu Umar malah marah dan menghardik, “Apakah kamu juga akan memanggul dosaku dihari Kiamat kelak!”
Sang pembantu diam tak bisa menjawa. Ia lalu menaikkan satu karung gandum itu ke pundak Umar. Lalu Umar juga menenteng beberapa liter minya samin. Dengan tergesa Umar berjalan menuju rumah wanita itu. Ia tidak peduli dengan beratnya beban dan dinginnya malam. Begitu sampai, api yang menggodok periuk itu hampir pada. Anak-anak yang menangis sudah tertidur. Umar meletakkan karung berisi gandum itu ketanah. Juga minyak samin yang ditentengnya, ia lalu memasukka beberapa kayu bakar dan meniupnya sampai api membesar kembali. Lalu keluar sebentar mencari air. Ia menambahkan air kedalam periuk. Lalu mengambil gandum dengan kedua tangannya dan memasukkan kedalam periuk. Begitu mendidih Umar mengaduknya sampai matang. Ia berkata pada wanita itu,
            “Sekarang bangunkan anak-anakmu untuk makan.”
            Anak-anak yang kelaparan itu lalu bangun dan makan dengan lahapnya. Setelah itu mereka bermain-main lalu tertidur kembali dengan nyenyaknya.
            Wanita itu berkata, “Jazakallah khaira, semoga Allah membalasmu dengan pahala yang berlipat ganda!”
            Sebelum pergi Umar berpesan, “Besok datanglah kau ke tempat Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau akan memberikan hakmu sebagai penerima santunan negara!”
            Pagi harinya wanita itu berangkat ke tengah kota Madinah untuk menemui Khalifah Umar bin Khattab ra. Dan alangkah terkejutnya ketika ia tahu bahwa Umar adalah orang yang memanggulkan dan memasakkan roti gandum tadi malam.
Sumber : Novel Diatas Sajadah Cinta
Sepenggal kisah ini patut kita tiru, betapa seorang pemimpin itu besar tanggung jawab atas rakyat dan negaranya.

Salam Damai....

Followers